Desa trunyan adalah sebuah desa adat yang terletak di tepi Danau Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Indonesia. Desa ini terkenal dengan tradisi pemakaman yang unik dan masyarakatnya yang masih memegang teguh adat istiadat kuno.
Sejarah Desa Trunyan
Asal Usul Nama:
Nama "Trunyan" diyakini berasal dari kata "Taru" dan "Menyan". "Taru" berarti pohon, dan "Menyan" berarti wangi atau harum. Nama ini merujuk pada pohon Menyan yang tumbuh di desa tersebut dan mengeluarkan aroma wangi yang khas.
Penduduk Asli Bali Aga:
Penduduk Desa Trunyan adalah bagian dari komunitas Bali Aga atau Bali Mula, yang dianggap sebagai penduduk asli Pulau Bali sebelum masuknya pengaruh Hindu Majapahit pada abad ke-14. Masyarakat Bali Aga di Trunyan mempertahankan tradisi dan budaya kuno yang berbeda dari budaya Hindu-Bali yang dominan di daerah lain di Bali.
Tradisi Pemakaman:
Salah satu tradisi yang paling terkenal dari Desa Trunyan adalah cara unik mereka dalam memperlakukan jenazah. Berbeda dengan praktik kremasi yang umum di Bali, penduduk Trunyan meletakkan jenazah di atas tanah, di bawah pohon Menyan, di area pemakaman yang disebut Sema Wayah. Jenazah hanya dilindungi dengan pagar bambu sederhana. Menariknya, jenazah tersebut tidak mengeluarkan bau busuk karena pohon Menyan yang ada di sekitar area pemakaman dipercaya mampu menyerap bau tidak sedap.
Struktur Sosial dan Kepercayaan:
Desa Trunyan memiliki struktur sosial dan sistem kepercayaan yang kuat. Mereka menganut sistem kekerabatan patrilineal dan memiliki pemimpin adat yang disebut Jero Kubayan. Kepercayaan mereka berakar pada animisme dan dinamisme dengan pengaruh Hindu yang minimal. Ritual dan upacara adat sangat penting dalam kehidupan masyarakat Trunyan.
Lokasi dan Aksesibilitas:
Desa ini terletak di tepi timur Danau Batur, dan dapat diakses melalui perjalanan darat ke Kintamani kemudian menyeberangi danau dengan perahu. Lokasinya yang terpencil membantu menjaga keaslian tradisi dan adat istiadat desa ini.
Desa Trunyan merupakan salah satu contoh desa yang mempertahankan warisan budaya dan tradisi kuno di tengah arus modernisasi dan globalisasi yang melanda banyak tempat di Bali. Tradisi pemakaman unik dan keaslian budaya mereka menarik perhatian banyak peneliti, antropolog, dan wisatawan yang tertarik dengan kebudayaan dan sejarah Bali yang autentik.