PEREKONOMIAN DESA KINTAMANI
Pusat Ekonomi Bangli ada di Kecamatan Kintamani. Kecamatan Kintamani masih menjadi pusat ekonomi Bangli dengan luas wilayah mencapai 70% dan penduduk lebih dari 60 persen. Sebaran desa di Kintamani juga dua pertiga jumlah desa yang ada di Bangli. Secara umum kondisi ini tentunya akan berpengaruh pada struktur ekonomi Bangli secara keseluruhan. Ekonomi Bangli secara dominan dipengaruhi oleh ekonomi masyarakat Kintamani. Hanya saja strukur perekonomian antar kecamatan di Bangli relatif sama satu dan lainnya. Perbedaan yang terlihat antara lain adalah wilayah yang relatif dekat dengan pusat ekonomi memiliki kesempatan mengembangkan distribusi barang lebih baik dibandingkan dengan wilayah yang relatif lebih jauh. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh kontur wilayah atau topografi Kabupaten Bangli yang relatif tidak landai. Wilayah-wilayah landai cenderung adalah daerah perbatasan antar kecamatan atau kabupaten sehingga memiliki keuntungan pengembangan sektor perdagangan dan transportasi barang. Perekonomian Bangli selama beberapa periode dapat dikatakan stagnan, namun berbeda dengan tahun 2020, justru mengalami kontraksi dalam. Pandemi Covid-19 yang mulai muncul pada pertengahan Bulan Maret 2020, menyebabkan perekonomian di seluruh wilayah Bali bahkan dunia lumpuh total. Diberlakukannya pembatasan berkegiatan (bekerja dari rumah/ sekolah dari rumah), larangan berkumpul, penutupan bandara & tempat wisata serta pembatasan jam di luar rumah menyebabkan seluruh sektor ekonomi tidak berjalan normal. Kondisi ekonomi ini kemudian mulai membaik pada Bulan Agustus 2020 dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat dan kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam membangun kembali ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto yang tercipta di Kabupaten Bangli menurut Harga Berlaku di Kabupaten Bangli pada tahun 2020 mencapai 6,72 trilyun Rupiah. Jumlah ini menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 6,99 trilyun Rupiah. Di saat yang sama, dihitung menurut harga konstan tahun 2010, nilai tambah yang tercipta di Bangli pada tahun 2020 mencapai 4,39 trilyun Rupiah atau menurun -4,1 persen dibandingkan dengan tahun 2019 yang mencapai 4,59 trilyun Rupiah. Penurunan nilai PDRB menurut harga berlaku ini dipengaruhi oleh penurunan konsumsi di masing-masing komponen serta karena faktor deflasi akibat pandemi Covid-19.